Setidaknya Aku Sudah Berusaha Memberitahumu, Meski Hari Ini Libur
Baca cerita sebelumnya di sini
"Bagaimana jika bumi yang sedang kita pijak ini benar-benar bulat seperti bola, dan yang menciptakannya barangkali sebuah perusahaan yang lebih besar dari adidas, dan andai seperti itu, kita bisa saja membayangkan Ronaldo yang besarnya dua juta kali lipat akan menendang kita dengan kaki bajanya. Jika itu benar-benar terjadi apa yang mau kau lakukan?"
Asal kau tahu saja, aku mengenal lelaki itu lewat sebuah aplikasi kencan. Tidak seperti orang-orang nyleneh yang membosankan, pertanyaan pertama yang dia kirim setelah tanpa sengaja ibu jariku menggerakan sendinya ke kanan adalah hal yang tidak terpikirkan oleh manusia normal yang beriman. Tapi tidak seperti orang lain, aku menyukai hal-hal bodoh dan sia-sia, dan pertanyaan di atas jelas-jelas menunjukan seberapa tidak beresnya tempurung kepala lelaki itu ditambah ketidakberimanan yang berpangkat tiga.
Pikirannya jelas-jelas tidak beres, dan aku jadi ingin lebih mengenalnya.
Dan asal kau tahu sejak dia mengirim pranala yang terhubung ke jurnal pribadimu, aku tertarik menghabiskannya dan ingin segera menulis balasan ini. Tapi kau pasti paham negara tidak memberi kita ruang untuk sedikit saja bergerak, dan sama seperti dia, aku juga jengkel dengan keadaan tidak berdaya seperti ini.
Terus terang, aku tidak kenal Pat dan siapa pun nama yang berada di belakang huruf P itu, aku juga tidak mengenalmu dan tidak tertarik untuk membicarakan identitas seperti apa yang ditulis P dan dicela olehmu, tapi kegiatan kalian yang saling balas tulisan yang lebih banyak cela-mencela dan saling mengatai dan pamer bacaan daripada memikirkan isi tulisan, sedikit membuatku tertarik.
Biar terkesan lebih akrab, aku akan mengenalkan diri ntukmu. Kau belum pernah bertemu denganku dan barangkali tidak ingin bertemu saat kau rampung membaca tulisan ini. Untuk awalan kau bisa membayangkan bibir Priyanka Chopra terpasang di bawah hidungku yang tidak terlalu runcing namun masih berbentuk, di dekat dahi lebar yang lebih sering teman-temanku cela sebagai sarana lepas landas pesawat terbang terdapat sepasang mata yang bisa membuatmu jatuh cinta hanya dengan sekali tatap, aku tidak membenci alisku seperti kebanyakan perempuan yang memiliki alis jarang-jarang -kecantikan tidak bergantung pada satu hal bukan- sehingga tanganku yang mungil tidak mau kugunakan mengerjakan hal sia-sia macam menggosok dan melukisnya lagi, sementara untuk polesan di atas kepalaku kau bebas saja memilih mau meletakan apapun sesuai seleramu.
Setelah melihat perkelahian kalian, kau tahu, aku sering berpikir betapa orang dewasa seperti kita selalu menyedihkan, setiap kali kita kembali mengingat kesepian dan ingin bermain, kita membunuh satu anak kecil dalam diri masing-masing. Seolah bermain dan tidak melakukan apapun adalah sebuah dosa, seolah kita menolak kenangan dan segala hal tentang masa kecil. Atau barangkali kita membenci diri kita karena hari-hari indah saat kecil adalah sesuatu yang tak terkembalikan.
Setelah pertanyaan pertama yang dikirimnya itu, obrolan kami berlanjut memperbincangkan segala hal. Semua elemen yang bahkan tidak sengaja diletakan dalam semesta ini seolah-olah dibuat dari muntahan Tuhan tidak luput kita permasalahkan. Tapi, berbeda dengan karya-karya yang rampung ia baca dan sukai, kau mesti tahu kalau si Billie itu memiliki selera musik yang buruk. Bayangkan saja orang gila mana yang menggabungkan Elvis dan Arctic Monkey dalam satu playlist, dan yang lebih parah daftar putar yang paling sering ia dengar adalah genre indie yang didominasi Hindia dan Fiersa Besari. Kau boleh berkawan denganku, tapi terus terang saja aku tidak bisa berkompromi dengan harmonisasi suara yang selalu membangkitkan rasa ingin muntah. Lain kali kau mesti mengajaknya pergi ke sebuah konser atau andai kau baik hadiahkanlah dia sebuah album musik, dan perkataanku ini serius dengan nada mengancam.
Oiya, untuk urusan negara yang disebutkan P di tulisan sebelumnya, terus terang aku juga tidak mengerti. Barangkali itu cuma alasan mereka yang mengada-ada. Padahal kau harus tahu, si Billie itu tidak memiliki pekerjaan apapun lagi sekarang, setelah dia memberi tahuku bahwa dosen-dosen yang tidak jelas di kampusnya itu mulai berhenti membuatnya harus membaca karya-karya yang buruk karena semester ganjil telah berakhir. Terakhir ia mengeluh tentang bagaimana dosen yang sering ia bilang lebih cocok jadi tukang sedot wc itu membanggakan hasil didikannya yang karyanya dimuat di sebuah koran lokal. Dosen yang ingin ia kawinkan dengan kadal itu bukan hanya menyuruh ia membaca karya anak didiknya yang lebih buruk dari tulisan dua orang pengagum Tere Liye dan Ika jika digabung, tapi dengan tampang tanpa dosa, menyuruh menganalisisnya. Bayangkan muka si Billie yang kemerahan dan penyebutan nama-nama binatang secara berkala dari mulutnya.
Mungkin perbincangan kita cukup sampai di sini, ya. Oiya, seperti di aplikasi kencan yang barangkali membuat Billie menyukaiku, aku hanya akan memberimu identitas singkat bahwa aku Is dan diriku bukan teroris.








